Monday, December 22, 2008

bUmi bErcEriTa

Ketika, tapak2 kaki berpijak pada goncangan dan gelombang yang dahsyat
mata2 menerawang, wajah2 kuyu bangkit saling tatap dan sarat tanya
mengapa bumi (jadi begini)?
pesona kilau perhiasan pudar, segala rona rasa rebah
dan nyanyi indahpun menjadi semu tak terdengar
hanya erangan....sibuk meratapi diri

Saatnya, bumi bercerita....
sembari memecah belah dan memuntahkan segala beban berat di perutnya
tahukah kamu, wahai makhluk terhuyung dan sempoyongan...
harta, kuasa, cakap, wanita.....tiada lestari dan abadi

Rabb.....
aku bersimpuh dibawah teduh cahaya-Mu dalam sedu sedan yang kerap menyanggah
rusuk2 rinduku pada-Mu
dalam pencarian panjang tak kenal usai, ku usung nasuha ku
yang acap luruh, saat sunyi menjamahku

bEniNg MaTamu

Sunyiku menggurita di gelombang jenuh pasang surut
meraba-raba riakmu di aliran sungai kehidupan yang pelik
menggubah sederet harap cemas
dalam labirin waktu yang terus mengejar dan menjagal

Letihku masih setia menggerayangi sumsum tulang yang mulai rapuh
berputar seirama, berpilin menjejali beragam dimensi
semakin akut dan kronis merasuki puncak gunung kesabaran

Hanya pada bening bola matamu ku bertahan
dan lisanmu yang kerap hantarkan aku ke langit tujuh
serupa bidadari, enggan ku beranjak dalam baluran hangat desah nafasmu

Matahariku.....bersinarlah selalu untuk ku

Thursday, December 18, 2008

mUmbAi

Anyir bau darah menusuk hidung penjuru2 semesta
desing teror terburai, menghujam cahaya diatas cahaya
yang kerap luruh di jajaran kasta
'Vanda Mataram' bergaung nyaring
memekakkan gendang naluri yang dahaga keadilan

Sementara.......
Lidah2 api menyulut kobaran amarah ratusan nadi yang berdenyut buta realita
mengendus dan membumihanguskan segala yang berbau militan
sektarian dan ekstremis dikibar2 di ujung pisau runcing sentimen
stigma yang mengoyak citra
menjelma dalam pergolakan anarkis

Wahai dalang.......
tunjukkan ksatriamu!!!

Tuesday, December 16, 2008

"Dolly"

Dolly....
hingar bingar ditingkahi kerlip bintang menyeruak
di lorong2 sempit yang sesak jejalan penjaja
ada sate, nasi goreng, 'soft drink', juga keras
wajah2 belia berlomba menggeliat, harap mangsa menerkam
dan menyulapnya menjadi lembaran2 rupiah

Dolly.....
nadi ekonomi berdenyut di segala lini
meraup sesimpul senyum diatas sanjungan amoral
pekerja2 memilukan jantung2 usia dini
relokasi hanya mampu bergaung

Dolly....
Dimanakah Tuhan kini???

Sunday, December 14, 2008

sUraT UnTuK IbU

Kugores larik dari serpih2 jiwa yang kerap membenam luka
pada turus2 zaman yang menyapih relung senyapku
Kukabarkan hari ini.....
senyum merekah sekaligus isak terpendam menyapa dalam diam
bagai kelok2 sungai yang enggan mengalir ke muara
kerap meradang, menghadang aliran darah yang tersumbat panorama kharismatis mu

Kutulis suratku, dalam tahun2 yang menggelandang
menapaki jejak kasihmu yang malas ku seka
merembesi langit2 bathin yang acap resah

Thursday, December 11, 2008

SaHabaT


Ku ulur perlahan tali persahabatan yang dulu...
sembari tertatih mengeja bait2 mu yang terpenggal
kurasai.....kau beringsut menjauh, perlahan dan pasti
Kucoba petik gitar tulus, walau dalam dawai perih

Sahabat....'pergilah' jika itu bisikan nurani mu

Tuesday, December 9, 2008

Amanah


Kurasai berat batu amanah di kepalan jagad pelangimu
selalu kuasah pisau peka di deras kasihmu
disela sunggingan bibir dan lipatan wajah yang mengisahkan secuil amarah bisu
kuhampiri, ditengah pergulatan padang bathinku yang sunyi

Lisanmu mengepulkan asap tebal dari nyala api yang ditindas sergapan hujan
meluluhlantakkan jaring2 hati yang belum sempurna menangguk titahmu
pasrahku bersenandung nyaring sembari merengkuh titian nubuwah
rasaku sejenak rebah....

Sunday, December 7, 2008

"fatamorgana"

Berdesir darahku mendesir
bumi hijau, langit bias senja
tapi.....
kita adalah fatamorgana

:bila sunyi berselimut resah

Ayat2 semesta menggiringku tuk kembali mengingatmu
begitu fasih menerjang2 alam logika
tapi......
kita adalah fatamorgana
sungguh! fatamorgana
31/7/2008

Saturday, December 6, 2008

"Sebuah Pengkhianatan"


Berbilang bulan merasai kedekatan yang berjarak
suaramu menjelma baris2 hangat sarat pancaran sanubarimu
aku yang terguguh polos bisu dalam ragu
memaknai segala pelangi indah yang kau ulur dari langit2 hatimu

Dalam buaian kata2 yang kau renda di pelataran hati yang kerap menyendiri
tanpa kusadari, bisamu telah menjejali sukma dan memenuhi kisi2 bathinku
larut....tenggelam dalam lautan cintamu

Tiba-tiba......
semesta gering menyapa jiwa kalutku yang berbalut resah
aku telah terjebak dalam skenario licikmu
ternyata kau mengulur dan merajut hal yang sama dengan makhluk sejenisku
di luar sana...

Detik2 berjejer meradang, melukiskan gairah rumput dan amarah batu membisu
ku tau kini, dirimu hanyalah "segelintir jiwa yang rapuh"
kupalingkan wajah, ku ungkap serapah
kaulah pengkhianat itu!!!
(terinspirasi dari kisah sosok aktivis ikhwan BEM UNJ)

Friday, December 5, 2008

Perempuan-Perempuan

Kuresapi kalut pada lipatan2 wajahmu yang bergaris usia
hitam bibirmu mengkaribi kepulan asap yang membawa pada duniamu yang terenggut
terpenjara dalam hari2 yang mengurung resah
lintasi jalan2 yang menikung kecewa pada sudut2 hampa
:kupalingkan wajah dari sosokmu secara berkala

Kutemui muka tirus dalam jejeran hari, mengejar mimpi yang tak pasti
seeiap detak jantung menyanyikan lagu sendu kepahitan dari kepahitan
kisah yang kau ciptakan
kadang tawamu merobek lembar hari dan isak bisu meratapi perjalanan waktu yang berulang dan membatu
:Aku menoleh......

Disini ada cinta dan segenggam syurga dunia
tapi, sebelah matamu mengerling pada guratan2 pisau yang suatu saat berbalik
menikam mu
setiap daun jatuh dan pendarnya menyanyikan lagu rindu di hatimu yang haus materi

Sungguh......aku juga perempuan
tapi, begitu sulit bagiku untuk sekedar mengeja kata yang kerap kalian dendangkan
'Mengertilah kami'!
(terinspirasi dari teman2 di sanggar)

"Aku hanya...."

Aku hanya ingin menjadi sahabatmu
semisal semut yang loyal pada segala manis
diseruput bibir2 tersenyum tipis

Aku hanya ingin menjadi sahabatmu
seperti kering mengkaribi kerontang
dan tandus sekawanan gersang

Tapi........
adakah persahabatan dalam sebentang jarak?
bila, mentari masih menelanjangi perut bumi
rembulan mengangkangi gelap sepi

Sekali lagi....
aku hanya ingin menjadi sahabatmu
selagi ruh masih tertanam di jasadku
adakah kau mau?

Wednesday, December 3, 2008

pUisi " I'm sorry.....I give up"

Terjebak pilinan dalam jalinan syair ala pujangga
terengkuh hati berkelebat sunyi, tersambar kilatan pendar hatimu
yang kurasai berat sangat di ujung bibir tak lugas
sarat sekat duri yang kau ciptakan dalam kitab tafsirmu

Maaf, mungkin vonismu over dosis
aku pujangga pemuja imajinasi menyala-nyala
aku hanya chemistry masa silam yang gagal mengubur nyanyi indah dalam liang terdalam
tidak lebih!

Karena, makin kucoba membunuh, berjuta tunas tumbuh menyerabut
I'm sorry.........I give up.

Monday, December 1, 2008

pUiSi untuk sahabat

Terangkai bait demi bait dalam segala warna tumpah
meningkahi rasa yang renta dan tak bertuan
hati gelegak laut dan rindu membuncah ombak
terbuang, melayang, mengawang di tapis-tapis awan
Akh.........tapi, hati ini telah termiliki

Hanya mengharap waktu mengulang kisah suci
yang bergemericik bertautan dalam kidung-kidung indah persahabatan
begitu kental meracik berlembar-lembar cerita
lepaass.....tanpa sekat-sekat bayang-bayang menghantui diri
mungkinkah???

Thursday, November 27, 2008

pUiSi "Aku"

Aku terserak digelandang zaman
merasai kegagalan demi kegagalan
merajam relung-relung terdalam

Menoleh ke belakang.....
semua beranjak perlhan dan pasti
membilang rentang waktu yang terus melaju
aku telah tertinggal jauh

Melangkah diantara kecipak genangan hidup
mencoba mengukir asa semu pada liatnya tanah
kudapati kuyup sekujur, menderasnya hujan sore itu

Malampun mengelam mengibar sayap-sayap pekat
terguguh merenungi diri dalam himpitan cahaya rembulan
terenggut sudah segala mimpi ataukah tertunda???
inikah aku???
26/11/08



Cinta menggerayangi ku bagai sergapan hujan
merintik malu, kadang menderas membanjir tak terbendung
genangan cinta membumbung menaiki tangga-tangga sanubari
hanyut, menenggelamkan dan membunuh nalar

Makin tak mengerti
apa gerangan cinta???
27/11/08

Tuesday, November 25, 2008

pUiSi "Renungan"

Kuselami lagi jiwamu
dalam lautan kebisuan
berenang-renang kepiluan
merasai pedih di palung jiwaku

Sejak lalu, kau tiada beda
mengulur tali2 harap
dan memenggal serpih2 yang telah terajut
terlantar......tercampak
menukik perih mengeja kalimat sinismu

Terusung beribu tanya
siapa aku di cermin matamu?
11/11/08


Tereja namamu di gerigi ingatan
bergulir pada roda peradaban
saat suara usai, angin lerai
seperti mengukir di atas batu kenangan
menuai badai bercerai berai
5/11/08


Akulah tanah yang mengukir asa semu
meresap segala yang tumpah
cinta, luka, darah dan air mata

Perlahan........
kau tuang seteko anggur merah
menebar aroma merah mawar
menggelepar ...tanpa penawar

Kemudian,
jutaan tangan menarik-narik, menyeret-nyeret...
kembali luruh....tak berdaya.....
tapi sebukit batu masih menindih lidahmu
menancapkan jarum2 tanya, menumbuhkan pohon2 kebimbangan
menanti buah ksatria berhati baja

Mungkin segunung tanya di kepalamu
siapa aku sesungguhnya?

Akulah tanah....
diinjak dan terinjak
kelam, dekil, kotor dan berbau
tempat segala kembali, meresap segala yang tumpah
tidak hanya cinta....bahkan lara, nanah dan sejuta kepedihan

Tapi, satu hal yang kau tak pernah tahu
Tuhan selalu hadir di benakku
4/11/08

pUisi untuk sobatku E. Nazha wati

Lisanmu menggerimis menembus mentari
melantunkan kidung-kidung riang di pelataran hati
meresapi kicaumu yang dulu
berbalas dengan celotehku yang ceracau dan berani sangat

Kau tetap yang dulu hangat
walau sempat kurasai beku
ketika jemari menyentuh saat luka ternganga
bisu......hening sesaat

Tiba-tiba kau menghentak dalam sapa khasmu
bangunkan keakuan diriku di masa silam
tergelak bersama memaknai cerita masa lalu
merajut tali kekinian dalam ikrar persaudaraan

Kau dan aku satu dalam kata-kata
menanti persuaan yang tertunda
25/11/08

Friday, November 21, 2008

pUiSi Ulang tahun pernikahan

Dua belas tahun yang lalu
merasai debar2 persuaan
sebongkah batu menindih lidah, hanya getar2 tatapan
dari ekor2 mata lugu

Mengusung berjuta asa
rangkaikan tali temali cinta, rasa dan sebuket ikrar bersama
kaulah ksatria yang kudamba
begitu lekat, mengguncang pilar2 jiwa, membuncah rasa
makin tak berdaya........

Dua belas tahun yang lalu
saat cinta terpaut sakral
menuai nikmat2 yang kerap membelenggu
merenangi bulir2 peluh
menenggelamkan kita pada genangan bait2 teduh
dan syair2 para malaikat

Dua belas tahun sudah
mengarungi samudera luas tak bertepi
angin, gelombang, badai menyapa silih berganti
tapi........
kita adalah galah baja penopang layar kehidupan
terusir angin dengan hembusan nafas iman
menepis badai dengan rangka2 doa bertautan

Lenteraku......
jika boleh lisan mengulur kata
kaulah sosok sempurna itu
mengingat luka pernah menganga
dan airmata menganak sungai
itulah alur setiap yang bernyawa

Gundah dan galau berkecamuk merasai takut
aku belum bisa menjadi Aisyahmu atau Khodijahmu
hanya mampu mengukir lirik2 perih
maafkan aku
senandungku: bersamamu sampai akhir hayatku

Auliyamu (Terinspirasi dari sosok "sempurna" yg begitu dalam mencintai dan menyayangiku)



Lelaki-ku

Berjuta kisah teretas sudah
menangguk lagu asmara yang kau cipta
menyentak alam fantasi bernuansa
kau, menguatkan rasa dua belas tahun yang lalu

Berpuluh tahun mengendap cerita indah
sempat menguak, sedikit larut dan menggelitik
engkaulah lelaki semesta perkasa
merangkul dengan segenap cinta
menyeret rasa yang bertengger di jurang kehampaan

Bulir-bulir bening berkejaran dalam dekapan kasihmu
begitu erat mengunci, menutup katup-katup hatiku
dari makhluk-makhluk serupa di luar ragamu
makin terpedaya dalam bisikan-bisikan syurgamu
aku takkan pernah bisa berpaling
kaulah syurga duniaku



Satu persatu kulepas baju duniaku
jaket hitam, kumal, lusuh dan berbau
kuhempas kematian yang pernah menyelimuti impian

Menyibak dunia baru yang teduh
melena dan membuai bagai desauan angin syurga
akukah Aisyah atau Khodijahmu?

Bergumul diantara luasnya samudera
badai, gelombang silih berganti menyapa
ternyata tak mudah mewujud janji jadi nyata
11 nov'08

Monday, October 20, 2008

"Telaga Hati" & Cerpen "Anna"


Begitu sulit..........
menjaga agar telaga hati tetap bening........agar tidak tercemari
oleh debu-debu kehidupan yang berterbangan dimana-mana....
mengancam setiap saat........
Tapi................,
sulit bukan berarti tidak bisa!
Berupayalah dengan segala daya, berjuang dan berkorbanlah
agar telaga hati itu tetap bening..........
bening......dan memberi kesejukan bagi setiap mata yang memandangnya. ###



Cerpen "Anna"

Anna masih terpaku di depan layar komputernya. Perasaannya masih bergetar-getar, sesekali ia menarik nafas panjang.
Uuuuhgg....apakah aku sedang bermimpi? Gumamnya. Kembali ia membaca email dari seorang sahabatnya. Ya...persahabatan
Yang unik dan sedikit aneh, bathinnya.
Anna......pada satu titik, aku pernah merasa sangat kehilangan kamu dan itu sangat menyakitkan bahkan sampai sekarang. Tapi.......perlahan, aku menyadari bahwa semua itu adalah takdir....
Anna berhenti sejenak, tak kuat menahan hatinya yang makin berdebar-debar. Andai saja kau tau Hend, hatiku lebih sakit ketika ku tau, kau tidak pernah berusaha mencariku, bisik hatinya.
Mata Anna mulai berkaca-kaca, Ia teruskan membaca......
Anna.......sesungguhnya dirimu telah kuanggap lebih dari seorang sahabat, sahabat terbaik yang pernah ada. Dan aku bersyukur pada Allah, telah mempertemukan kita kembali. Selalu ada ruang istimewa untuk persahabatan kita.
Wassalam, Hendra


Seketika, air mata Anna tumpah tak terbendung. Air mata yang sama ketika belasan tahun yang lalu, membaca isi surat-suratnya yang selalu memberikan kedamaian sekaligus menyiksa bathin, karena penuh dengan teka-teki dan harapan, membuat hati Anna terombang ambing dibuatnya. Maafkan aku Hend, yang telah menodai persahabatan kita, lirihnya.

Anna adalah sosok yang bersahaja, halus perasaannya dan lembut budi bahasanya. Tak pernah terkilas di pikirannya jika Allah kembali mempertemukannya dengan seorang sahabat yang pernah mengisi hari-harinya di masa silam, belasan mungkin puluhan tahun yang lalu. Seorang sahabat yang pernah membuat dirinya tersanjung. Masih tersimpan erat dalam memori Anna, penggalan kata-kata yang ditulis Hendra dalam surat-suratnya. Saat itu Anna baru memulai kuliahnya di sebuah Perguruan Tinggi Negeri yang cukup populer dan dia diterima melalui jalur tanpa tes.
Anna....selamat ya...
Aku salut dengan kamu, sudahlah cantik, pinter pula....

Atau pada kesempatan yang lain, Hendra juga pernah menulis....
Anna.....beberapa hari yang lalu, aku ke kotamu. Berharap menemui kamu....di kos mu. Tapi....ada sesuatu yang mencegahku. Ketika aku kembali pulang...... tiba-tiba menyeruak rasa kangen.....
Akh....... Anna tak sanggup menahan air mata bila kembali mengingat kata-kata itu. Tidak! Aku tidak boleh larut dalam masa lalu! Hujamnya. Jari-jarinya yang lentik dan putih berusaha menghapus airmata yang sedari tadi mengalir tak karuan. Secepat kilat ditutupnya komputer, dan beranjak mengambil baju gamis dan kerudung kaos yang tergantung di dinding kamarnya. Sambil meraih kunci mobil, dikenakannya gamis dan kerudung. Selang beberapa menit ia telah melaju dengan kecepatan sedang bersama Honda Jazz kesayangannya.
Anna tidak tahu kemana dia harus pergi. Yang ada di benaknya, melupakan Hendra dan menghindari dari ingatan-ingatan masa lalunya. Tapi....tidak semudah itu!
Tangannya sibuk mengendalikan kemudi, sementara pikirannya melayang-layang. Hendra kecil menari-nari di pelupuk matanya. Ya, memorinya membentangkan visualisasi masa kanak-kanak yang lucu. Enam tahun bersekolah di SD yang sama, bermain bersama, belajar bersama.
Suatu kali, ketika pelajaran matematika. Saat ibu guru sedang asyik menerangkan latihan soal di papan tulis, tiba-tiba Hendra kecil nyeletuk.....
”Bu....saya punya cara yang lebih cepat untuk menyelesaikan soal itu,” katanya.
”Oh ya,” sahut bu guru dengan bijak. ”Silahkan Hend,” tangan perempuan itu mempersilahkan Hendra maju ke depan kelas.
Dengan sigap tangan kecil Hendra memegang kapur tulis. Dengan gerakan tangan yang lincah, dalam hitungan menit ia telah menyelesaikan soal matematika tersebut, sambil sesekali mulut kecilnya menceracau menjelaskan maksud yang ia tulis.
Suasana kelas tiba-tiba mencekam, semua mata haru tertuju kepadanya, senyum kagum bu guru pun merekah untuknya.
Anna terlihat senyum-senyum sendiri dibalik kemudinya. Bagaikan slide show sosok Hendra melintas-lintas di pikirannya. Kamu memang berbakat menjadi orang besar Hend.......Anna bergumam sendiri.
Tiba-tiba perasaan minder menyeruak di kisi-kisi bathinnya. Ia merasa tak pantas mengagumi Hendra, dia merasa bukan siapa-siapa, tidak ada yang bisa dibanggakan dari dirinya. Jangankan untuk mengagumi Hendra, menjadi teman saja mungkin ia sudah tak pantas. Anna hanyalah seorang ibu rumah tangga yang cuma bisa ngurusi anak, suami dan dapur, tidak lebih dari itu! Sementara Hendra telah menjadi orang yang sukses, punya isteri yang cantik dan anak yang lucu.


Raut muka Anna merona merah, nafasnya naik turun tak beraturan. Perasaan sedih, kesal, sesal berkecamuk jadi satu. Tangannya mengepal dan berkali-kali dipukulkannya ke setir mobil. Ya Allah, kenapa Kau pertemukan aku kembali dengan Hendra??? Kenapaaaa??, Hatinya menjerit!
Ciiiiiiiii....iii.....ttt! Anna mengerem mendadak, ternyata ia sudah sampai di perempatan lampu merah Cibubur. Satu menit kemudian, ia langsung membanting setir ke kanan, menuju perumahan Citra Grand Cibubur, cluster Castle Garden yang ia tuju, kediaman Rina sahabatnya sekaligus guru ngajinya.
Mbak Rina, Anna biasa memanggil wanita faqih fiddien yang anggun tersebut, usia mereka hanya terpaut tiga tahun. Mereka lebih pantas disebut dua sahabat karib, karena jika sedang mengajipun, tidak nampak mana yang guru dan mana yang murid. Mereka acap terlibat dalam sebuah diskusi yang serius.


Belum sempat Anna mengucapkan salam, muka berbinar-binar mbak Rina sudah nongol di depan pintu
”Subhanallah.....Anna....angin apa yang meniupmu hingga kau datang pagi begini?” ujarnya wanita itu dengan lembut.
”Gak boleh nih? Aku balik lagi deh” kata Anna dengan nada suara bercanda. ”Mas Ari udah berangkat kerja kan?” tanya Anna.
Mbak Rina manggut-manggut sambil menggamit lengan Anna masuk menuju ruang keluarga.
Anna langsung membanting tubuhnya di atas sofa empuk berwarna coklat muda....
”Mbak, aku bingung nih,” suaranya agak tertekan
”Kalo bingung, pegangan dong,” Mbak Rina menggoda.
”Mbak....aku serius!” suara Anna sedikit meninggi
”Iya....ya..he..hehe..” Hening sejenak, selang beberapa detik dengan semangat Anna menceritakan semua hal yang berkaitan dengan Hendra, sahabatnya. Termasuk perasaan aneh yang sering mengusiknya belakangan ini. Dan Anna merasa berdosa karenanya.
”Anna....kamu denger ya, setiap orang pasti punya masa lalu. Memori, nostalgia, kenangan....apapun istilahnya. Kenangan itu memang indah Na....” mata mbak Rina menerawang seperti menyimpan kenangan. ”Mbak pikir masih wajar, jika kamu punya rekaman masa silam yang sulit terusir atau mungkin tidak bisa diusir. Tapi kamu harus ingat!” suara Mbak Rina agak meninggi. ”Semua bisa menjadi tidak wajar, ketika kamu larut dan terlena di dalamnya. Mbak yakin kamu sangat paham maksud Mbak. Naluri dan nafsu, ibarat dua sisi mata uang! Idealisnya....hentikan komunikasi diantara kalian, jika tidak mungkin......balighu anni walau aayath....jadikan dia sebagai ladang da’wahmu.” Muka Mbak Rina masih terlihat sangat serius saat mengakhiri kata-katanya.
Anna diam seribu bahasa. Mukanya sedikit tercerahkan, ia manggut-manggut pertanda paham dengan semua yang dikatakan Mbak Rina.
”Mbak....do’ain aku ya....semoga aku bisa.” hanya itu kata-kata yang keluar dari mulutnya.
#
Seminggu berlalu. Hari sabtu, setelah sholat zhuhur berjamaah di rumah. Anna kembali membaca novel islam berjudul Istana Kedua, karya Mbak Asma Nadia yang belum sempat ia tamatkan. Tepat jam 14.30, Anna dikagetkan dengan suara panggilan di handphone nya. Sedikit malas tangannya meraih HP yang tergeletak diatas meja kecil disampingnya. Dari nomor yang tidak dikenalnya, tidak ada di dalam phonebook nya. Siapa gerangan? Bathinnya.


”Assalamu’alaikum, siapa nih?” Anna menyapa.
”Wa’alaikum sa..lam,” suara terbata milik seorang perempuan dari ujung sana.
”Kamu ini siapa sih?” tanya perempuan itu dengan nada ragu-ragu. ”Kuliah atau udah kerja?” tanyanya lagi dengan polos dan masih terdengar ragu-ragu.
Anna masih diam tak mengerti.
”Udah nikah? Punya anak?” tanyanya lagi bertubi-tubi.
Deg, seketika Anna ingat Hendra. Beberapa detik Anna sempat berpikir, pasti perempuan ini ada hubungannya dengan Hendra. Karena selama ini tidak ada laki-laki yang tahu nomor HP Anna kecuali Hendra.
”Maaf ya Mbak, Mbak ini sebenarnya siapa?’ tanya Anna dengan suara lembutnya. ”Dan Mbak tau no HP saya dari mana?”
Suara perempuan itu terdengar gelagapan, tak siap untuk menjawab. Kecurigaan Anna semakin kuat. Anna pura-pura tidak mendengar suaranya yang terdengar bingung.
”Gini ya Mbak, saya ini hanya seorang ibu rumah tangga dengan dua orang anak. Saya bukan orang kuliahan dan juga bukan wanita karir,” kata-kata Anna merendah. ”Terus apalagi yang Mbak ingin ketahui dari saya?” tantang Anna.
”Tinggalnya dimana?” tanyanya lagi, masih dengan suara polos.
”Saya tinggal di Bekasi, persisnya di Jati Asih,” jawab Anna sedikit kesal.
”Kalo saya sih masih ngejomblo....hehehe,” kata perempuan itu menjelaskan tanpa Anna tanya.
”Ya udah, semoga cepat dapat pasangan ya.....assalamu’alaikum,” Anna mengakhiri perbincangan yang ia rasakan tidak penting itu. Aneh, kok ada orang yang tiba-tiba telpon dan menginterogasi. Emangnya aku ini wanita apaan! Gerutu Anna agak kesal.
Beberapa menit kemudian. Anna merasa perlu mengklarifikasi dengan Hendra. Tapi beberapa kali Anna telpon ke HP-nya, tidak diangkat. Anna sempat berpikir yang tidak-tidak tentang keluarganya. Rasa bersalah merayapi langit-langit hati Anna.


Lebih kurang jam 16.00 wib, Anna menerima telpon dari Hendra. Terjadilah obrolan singkat diantara mereka.
”Hend....maaf ya, isterimu tau gak, kalo ada komunikasi lagi diantara kita?” tanya Anna.
”Eeeh, tau...tau...” jawab Hendra ragu.
”Syukurlah kalo gitu, suamiku juga tau tentang persahabatan kita,” ujar Anna lagi.
#
Keesokan harinya, minggu, kira-kira menjelang sore, Hendra kembali menghubungi Anna. Dia katakan isterinya mau berkenalan dengan Anna. Anna merespon dengan rasa suka cita. Anna pun terlibat obrolan singkat dengan isteri Hendra. Walaupun terdengar basa-basi tapi terselip jalinan ukhuwah diantara mereka. Hati Anna sedikit lega. Namun ada sesuatu yang mengganjal perasaan Anna, lagi-lagi membuat Anna merasa bersalah. Ya, suara isteri Hendra, terdengar persis sama dengan suara perempuan yang menghubunginya kemarin siang.
Ya Allah, apa sesungguhnya yang telah terjadi? Aku tidak berhak menarik benang merah, apalagi membuat kesimpulan. Hanya Engkau yang tahu rahasia dibalik skenario besar-Mu ini, bisik Anna dalam hati.
###

"Tentang Persahabatan"

"Seorang pemuda berkata, bicaralah pada kami tentang persahabatan.Dan dia menjawab:Sahabatmu adalah kebutuhanmu yang mesti terpenuhi.Dialah ladangmu yang kau semai dengan cinta dan kau panen dengan ucapan terima kasih.Dan dia adalah makanan dan perapianmu, karena engkau menghampirinya saat kau lapar dan mencarinya saat kau butuh kedamaian.Ketika dia mengungkapkan pikirannya, engkau tidak takut membisikkan kata "tidak" dalam pikiranmu sendiri, tidak juga kau sembunyikan kata "ya".Dan ketika dia diam, hatimu tidak berhenti mendengarkan bahasa hatinya. Karena tanpa kata-kata, dalam persahabatan, semua pikiran, hasrat dan keinginan terlahirkan dan terbagikan dengan sukacita yang tidak terkira.Ketika kau berpisah dengan sahabat, jangan berduka cita. Karena yang paling kau cintai dalam dirinya mungkin lebih cemerlang dalam ketiadaannya, bagai gunung bagi pendaki, yang tampak lebih agung dilihat dari daratan.Dan jangan ada maksud lain dalam persahabatan kecuali memperkaya jiwa.Karena cinta yang masih mencari penyingkapan misterinya sendiri bukanlah cinta, tetapi sebuah jala yang ditebarkan, hanya menangkap yang tidak berguna.Dan berikan yang terbaik bagi sahabatmu. Jika dia harus tahu musim surutmu, biarlah dia mengenal pula musim pasangmu.Karena apalah makna sahabat jika engkau hanya mencarinya sekadar untuk bersama dalam membunuh waktu?Carilah dia untuk bersama menghidupkan waktu!Karena dialah yang akan mengisi kekuranganmu, bukan kekosonganmu.Dan dalam manisnya persahabatan, biarkan ada tawa, berbagi kesenangan. Karena dalam butiran-butiran embun pagi, hati menemukan fajar pagi dan segar kembali. Kahlil gibran