Saturday, February 28, 2009

Menuai Letih

Menyibak seonggok nestapa di labirin waktu
batu terjal, jurang cekung dan matahari mengering
berkali, kuselami lautan gelisahmu dalam deru gelombang
di sudut-sudut pena, di ruang-ruang syair dan di segala lengang papahmu

Aku remuk di gulita yang mencekik tawa
menabur takdir yang menggersang di liatnya tanah jiwa
dan hasrat berbenih, bertumbuh.....lalu layu

Kau kah duri itu?
Ataukah sebilah pisau masa lalu?

Sunday, February 22, 2009

SaaT LeLaH

Renta sudah jasadku di muka tungku
kemarau tandus menggilas peluh
tapi hujan masih setia merambah bulu alisku

Saat, berulang suara dibalik punggungmu lepas
mengiris-ngiris bongkahan sabar yang mengilu
adakah ini rindu?
ataukah jenuh yang menjarumi kalbu?

Sementara....
Disini, aku menggeleng dalam luapan tanya
kenangan berbiak, mengorek-ngorek segala yang ingin kulupakan

Telah kuhapus kata-kata di atas kertas masa remaja
karena perahu jiwaku makin gamang
tak kuasa menafsirkan rahasia angin, badai ataukah hanya gelombang

Wednesday, February 18, 2009

BuKan UnTuK Ku

Terkadang suratan mendedah kelambu kabut
yang menggigau parau mengeja konsonan mu yang panjang
saat auramu menjelma lilin-lilin yang melingkupi jiwa redupku
mengapa, terlalu sulitkah mengungkap rasa???

Aku bukan jelita malam
juga bukan pendendang nafsu liar tak bertuan
hanya sekelumit jiwa yang acap luruh menjadi humus masa lalu
salahkah? bila hanya sepotong jiwamu kugenggam?
kutaruh di cawan pelipur sebagai obor di lorong-lorong senyapku

Karena dunia pun tahu....
kau memang bukan untuk ku

Monday, February 16, 2009

Malam

Pekatmu menggerayangi rusuk-rusuk yang bergemeretak
mengumpul rongsokan kata di limbah waktu
"bah, begitu sukar merapatkan katup-katup kornea?"
hanya desis tuts-tuts melebur dengan sayap kelam mu

Sekejap......
Kau ulurkan syurga malam, berselimutkan remang
dan syair-syair malaikat pun bertautan.......

Friday, February 13, 2009

SaaT Kau PeRgi

Hanya gemuruh riuh menyekap pusara hati
saat lisanmu berujar "aku harus pergi"
dan langit-langit vokalku runtuh berpuing-puing
bulir-bulir beningpun berkejaran mengalir menganak sungai

Engkaulah purnama semesta di jagad bathinku
dan engkau pula yang menenggelamkan ku pada genangan
cahaya bertabur bintang, berlarut-larut
dalam pijar-pijar warna aura tulus mu

Aku menjelma gadis di keheningan mimpi
memanjat pelangi dengan getar jemari mu
tapi kilau matamu menjadi suluh dan menumbuk kelu jiwaku
pendar kharismatis mu menembus bilik-bilik jantung ku
mengalirkan segumpal darah yang lama membeku

"Mengapa kau pergi, saat cinta merasuki?"
kepadamu, aku yang tak pernah miskin rindu
kepadamu, aku yang tak bisa mengusir ngilu
saat menanti temu, entah tahun berpuluh

Maka, biarkan aku berayun di ranting waktu
menunggu gebyar purnamamu
walau dalam bentangan jarak terjauh

(Terinspirasi oleh sahabat sekaligus guruku......"selamat jalan mbak....")

Thursday, February 12, 2009

Di PeRsiMpAnGan

Kutelusuri setapak demi setapak pusaran waktu
yang sempat kutawar dengan seikat patuh
tapi, meraba kuncup berduri memang bukan pilihan
yang berteduh di bawah cangkang tak berdahan

Kerjap tatapmu masih mendesir di selaput sanubari
desah kasih mu masih terawat di kolom hari
bertanya, adakah kau mengerti arti sepi?
yang meluluh dan bertabur senyap di jalan sunyi

Hasratku meronta tak tertandingi
kucari lembaran damai dalam kitab tafsirku hari ini
entah esok, lusa aku takut untuk bermimpi
sampai aku temui bukit-bukit hijau mengukir senyum hingga saat ini

Tiba-tiba suara itu merobek daun telinga dan menyumpal aliran nafas

Rabb, Engkau kah itu???
berjuta cerita kembali kugali, diantara lirih perih tak ingin kembali
saat anggukan bergelayut ragu dan risih membisik kalbu
mungkinkah aku kembali???

Sunday, February 8, 2009

Tentang Dirimu

Di beranda hati yang terlilit gusar
dirimu menampi butir-butir kalam halus dan sedikit berdebu
"Debu itu suci" kilah mu
pongah ku memelas sunyi bertabur abu, bukan debu mu

Dirimu menyerupa magnet-magnet bertudung semesta ilahi
menggagas ranting-ranting peneduh jiwa sepi
menyelam dan tenggelam tanpa tepi

Kubacakan keinginan di sela-sela luruh gerimis dan sepenggal matahari
hanyalah sekelumit berita yang tertawan janji dan waktu
menyumpal gegap gempita langkah-langkah mu yang bergema dzikir
kembali, menelan liur pahit yang lama mengukir

Menolehlah sesaat untuk ku
yang terguguh dan berlapis abu

PeRi KeCil Ku

Engkau yang kerap bersenandung di kelok-kelok purnama. Dan engkau pula yang terisak mengiris daun-daun telinga di segelintir remang
Tapi..... serasa embun pagi yang merembesi berjuta tandus di padang bathinku

Ketika lentik bulu matamu terkulai layu
dan bibir merah kecil mu kelu menahan sebongkah batu menindih batok kepalamu
nadi ku terhenti, jiwaku sesaat melayang...
menyimak raut mu yang tak tahu bagaimana cara mengeluh

Duhai peri kecil ku,
malam ku telah bertukar siang dan siang ku telah berganti malam
kupahat beribu munajat dengan segunung pukat keringat
agar kapal mimpiku melayari bahterah cakrawala mu

Thursday, February 5, 2009

CeRiTa Ku (2)

Satu persatu daun-daun hikmah berjatuhan dari sebatang pohon yang kuberi nama "Juli"
dedahan bertumbuh dan bersemi ditimpali gaung angin yang sempat tertidur sangat pulas
walau, kadang melenguh lepas, bising terompah kayu mu mengusik ku tuk mengingat jejak mu

Akh......sekejap saja mataku terpejam buah keletihan yang sangat

Hanya suara deru ombak yang bertimpalan. Dan di sisi gubuk itu kau dan aku saling melepas tatap dan kita pun berkisah bahwa "cinta bukanlah embun....yang sejuk sesaat, selepas pagi...mengering...lalu lenyap"

Garis-garis senja menimpa kerudungku yang melayang-layang dijilat angin pantai. Jari jemari mu hangat menyentuh sehelai rambutku yang terselip mengintip.

Gelak tawa kita, menyudahi senja itu.

Di bibir pantai, tapak rindu mu mengejarku sangat kencang
terbirit-birit kaki ku berlari menghampiri mu..............lalu aku terjatuh dan terjerembab di bawah kasur tempat tidur ku..........:-P

Tuesday, February 3, 2009

CeRiTa Ku (1)


Meneropong air muka mu, menyudutkan ku pada goresan masa lalu. Ketika gelombang mendamparkan ku pada tajamnya batu karang. Dan sayatan-sayatan laut nyaris membuatku karam.


Aku terbujur kaku, bisu dan membatu. Dan angin lembah itu acap berbisik "sudahilah harimu kini". Bergidik dalam pusaran yang melingkar-lingkar rumit, kabut kelam, lorong pengap dan serpih-serpih kematian menjadi sahabat sejati.

Kemudian kusongsong secercah cahaya di manik mata mu. Diam-diam kurangkai warna warni asa dalam setiap bait dari bertumpuk tinta yang kugores. Kurasai....kau tiada beda denganku, walupun sangat ahli mengemas frame dan menguburnya dalam-dalam hingga tulang belulangku pun tak sanggup mencium aroma mu.

Aku menggelepar dalam baluran kasih-Nya. Di sela-sela cumbu ku dengan-Nya, amuk rindu mangais-ngais dasar kalbu. Sementara mata ku tetap tak berkedip menghitung arakan awan, dan berjuta jubah malam terlewati, temani pergantian purnama yang berkelambu sunyi.....berbelas tahun...

Kini, sebilah lara merajam, mencipta gundah gelisah yang berpilin menjejali setiap jengkal waktu. Sudikah kau ulur setali penawar???
.......to be continue.....